Wayang Harus Ikuti Perkembangan Zaman


Wayang yang mengandung substansi spiritualitas dan filsafat dapat menjadi benteng kebudayaan karena tidak akan tergilas atau terpinggirkan oleh budaya asing dan arus globalisasi. Namun, wayang harus mengikuti perkembangan zaman dan dikemas dengan teknologi agar tidak dijauhi generasi muda. 

Wayang itu ada spiritualitas, widya (pengetahuan), ada seni suara, seni drama. Wayang itu tidak sekadar tontonan, tetapi juga tuntunan, kata Ketua Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi) Jawa Tengah Sutadi pada Pelantikan Pepadi Kabupaten Semarang sekaligus Lomba Pakeliran Padat di Ambarawa, Rabu (11/11).

Sutadi menegaskan, sejak diakuinya wayang sebagai warisan budaya dunia  oleh UNESCO, sekarang wayang tak hanya benda milik Indonesia, wayang sudah menjadi pusat perhatian dunia internasional, bersanding dengan budaya asing. Namun, dia optimistis wayang tidak akan tergilas budaya asing, walau tidak bisa terhindari dari pengaruhnya.

Oleh karena itu, dalang harus senantiasi berinovasi agar membuat wayang tetap menarik bagi generasi muda. Misalnya, bisa melalui pakeliran padat yang memangkas waktu tampil dari semalam suntuk menjadi hanya berkisar 2-3 jam. Mengurangi tokoh yang ditampilkan, dari 30-45 menjadi hanya 5 tokoh. Atau, memberi tambahan pencahayaan agar lebih menarik. Namun, hal itu harus tetap mengedepankan terjaganya tuntunan dalam wayang. Namun, dia juga tidak menyalahkan masih kuatnya dayang yang menampilkan wayang sesuai pakem karena masih ada komunitas yang menggemarinya.

Sumber : Kompas.com

Komentar

Postingan Populer