CINTA PERTAMA


CINTA PERTAMA

Perasaan ragu selalu mendera hati Cindy. Akankah Daniel mempunyai perasaan yang sama dengan Cindy. Cindy tak mengenal daniel lebih baik. Status sosial keluarga Cindy dan keluarga Daniel bagaikan langit dan bumi. Ayah Daniel seorang pengusaha sukses dan ibunya seorang guru, sedangkan keluarga Cindy tiada sejak ia masih duduk di bangku sekolah dasar kelas 1. Cindy hanya hidup berdua dengan ibunya, ibunya hanya seorang penjual kue keliling yang hanya untuk mencukupi kehidupan sehari-hari keluarga Cindy yang hanya satu hari berpenghasilan 15 ribu. Cindy sering juga membantu menjualkan kue-kue3 ibunya ke sekolah. Namun semua itu belum cukup untuk membiayai kebutuhannya sehari-hari. Bahkan pernah diusir dari kelas karena kondisi itu Cindy menjadi gadis yang pendiam dan rendah diri.
Kemarin tanpa sengaja Cindy bertemu dengan Andrew ketika pulang sekolah. Andrew adalah sahabat Daniel sejak SD. Daniel adalah seorang yang pendiam, sedangkan Andrew seorang cowok yang supel, hampir semua orang mengenalnya.     
Mereka adalah kakak kelas Cindy kelas 2 SMA.
Ketika di jalan Andrew menghampiri Cindy dengan senang hati Andrew menawarkan boncengan motornya dan mengantarkannya sampai rumah. Di jalan Andrew bercerita
“ Dek…kemaren Daniel cerita sama aku kalo dia sebenarnya naksir sama cewek satu sekolahan kita juga, dia anak kelas 1 loe…,” cerita Andrew.
Memanggilku dengan embel-embel adek,
“Yang benar aja Ndrew? Emangnya siapa?”
“Tak tau juga dek, karena Daniel tak menyebutkan namanya”
“Iya kah? Tapi kelas 1 kan banyak ceweknya?”
“Iya juga ya dek…kira-kira siapa ya? Hayoo siapa?
Oi oi siapa dia oh siapa dia” Andrew malah menyanyi seperti pembawa acara kuis Siapa Dia di TVRI waktu mereka kecil dulu.
Cindy hanya bisa tersenyum kecil, namun tak urung percakapan tadi membuatnya punya harapan, tapi tak mungkin masih banyak teman-temanku yang lebih pantas dijatuhin cinta sama Daniel. Meski mereka satu sekolahan pun Cindy hanya bisa menatap Daniel dari jauh. Tanpa sengaja Cindy sering bertemu Daniel di kantin, di perpustakaan, atau ketika sama-sama nonton pertandingan olah raga di lapangan sekolah. Daniel tak pernah berusaha menyapa Cindy. Cindy ingin menyapa Daniel duluan “tengsin ahh” Cindy masih berharap Daniel yang memulainya.

Hari sudah beranjak sore …
Cindy mendengar suara sepeda motor di depan rumahnya, segera ia membuka pintu setelah terdengar ketukan.
Ternyata Andrew dan Daniel.
Andrew mau pinjam buku paket Matematika. Cindy heran untuk apa?bukankah mereka itu kakak kelasku!
“ehm .. tenang dek, tenang bukan untuk aku kok, itu tu buat Daniel.” kata Andrew mengetahui keherananku.
“kenapa sih tak mau bilang sendiri toh udah disini !” batin  Cindy agak kesal.
“Bolehkah dek, dek Cindy yang baiik…? Cindy melirik Daniel yang tersenyum kecil.
Cindy segera masuk ruumah dan mengambil buku paket Matematika. Ketika Cindy memberikan bukunya, ia berbisik di telinga Andrew agar nanti Daniel mengembalikannya sendiri. Andrew hanya mengangguk saja.

Siang itu …
Ketika Cindy mengobrol dengan teman-temannya di Halte. Brakk!!!!...terdengar suara seperti tabarakan. Cindy dan teman-temannya terkejut, terlihat seorang pengendara motor yang nampak kesakitan jatuh terlempar beberapa centi dari motornya. Cindy dan teman-temanya segera menghampirinya dan orang-orang pun segera berhamburan menengoknya.
Seketika  jalan menjadi macet total. Beberapa orang segera mengangkat tubuh yang kesakitan itu ke Halte. Cindy melihat darah keluar dari kepalanya yang terbentur jalan dan siku tangan kanannya. Cindy seketika itu juga kaget ternyata dia adalah Daniel, segera Cindy memanggil Taxi lalu mengantar Daniel ke Rumah Sakit terdekat. Cindy dan temannya langsung menuju ke Taxi, disaku Daniel terdapat ponsel. Segera Cindy mengambilnya dan menekan tombol untuk menelepon nomor rumah Daniel.

Sesampai di Rumah Sakit Daniel segera dibawa ke UGD. Lima menit kemudian teman Cindy minta pamit karena sudah terlambat pulang. Meskipun Cindy merasa keberatan ia menganggukkan kepala juga.

Satu jam kemudian Daniel di bawa keruang perawatan tempat orang elit yang ber-AC. Cindy melihat ternyata Daniel masih tertidur ketika perawat meninggalkan mereka berdua. Kamar kini hanya berisi Daniel dan Cindy, dia duduk di kursi di samping ranjang pasien sebelah tempat tidur Daniel.
Cindy menatap wajah Daniel yang masih lebam dan di dahi kepalanya di balut perban. Cindy melirik jam yang ada di dinding ruang perawatan Daniel, sudah hampir jam 4 sore. Tapi sampai saat ini ternyata keluarga Daniel masih belum datang juga.
“ Diruang AC begini aku merasa ngantuk sekali!” batin Cindy dengan telungkupkan kepala di ranjang. Cindy terkejut ketika perawat masuk membawakan obat untuk Daniel, dan Cindy segera mengusap mukanya. Dan sedikit merapikan rambutnya. Ia melihat Daniel sudah bangun dan segera meminum obat yang dibawa perawat itu “terima kasih” ucap Cindy pada perawat itu. Mereka sama-sama saling terdiam tak tau harus berkata apa.

Beberapa menit kemudian berlalu dan Cindy mencoba memcahkan kekacauan ini.
“Mas gimana rasanya, apa sudah baikan?” tanya Cindy lirih.
“Lumayan dek, adek dari tadi nungguin aku ya?” tanya Daniel lemah.
Cindy hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Mereka sama-sama terdiam lagi, tapi Cindy merasa senang berada di dekat Daniel.
“Oya, kemana Ibu mas Daniel, kok sampai sekarang belum juga datang padahal aku tadi udah nelepon rumah mas Daniel?” tanya Cindy sambil memainkan kakinya dengan sesekali menatap mata Daniel.
“Mungkin dirumah Nggak ada orang dek, Ibu setiap hari  ada jadwal kuliah. Biasanya pulang jam setengah enam sore. Adikku juga ada les B. Inggris paling cuma ada mbak Atik yang biasa bersih-bersih rumah kami!” jawab Daniel dengan lemah sambil memalingkan wajahnya kearah Cindy.

Ketika senja beranjak pergi, Cindy mendengar langkah tergesa-gesa menuju kamar. Ternyata Ayah dan Ibu Daniel yang terlihat sangat mencemaskan keadaan Daniel yang terbaring lemah dan kemudaian menghampirinya. Setelah itu Ibu Daniel menoleh kepada Cindy dengan tatapan mata yang tak begitu suka, Cindy merasa tak enak. Tak lama berselang Andrew datang dengan kecemasan juga. Andrew tersenyum pada Cindy sebelum menyapa Daniel.
“Wah untung ada Andrew bisa minta tolong nganterin aku pulang nih, aku sudah capek, lapar dan pasti Ibu khawatir dirumah. Dan sepertinya Ibu mas Daniel tak suka aku berada disini.” Batin Cindy dengan lega.
“Mas andrew … bisa anterin aku pulang nggak?” pinta Cindy kepada Andrew.
Tanpa berfikir panjang Andrew pun juga mengiyakannya.
Aku segera berpamitan pada Ayah dan Ibu Daniel, ayahnya tak henti mengucapkan terima kasih pada Cindy karena sudah menemani Daniel, begitu juga Daniel diiringi senyum manis.

Seminggu berlalu sejak peristiwa kecelakaan itu, di suatu sore ketika Cindy sedang membuat kue bersama Ibunya di dapur terdengar suara suara motor berhenti di depan rumah Cindy. Cindy bergegas membukakan pintunya.
“Mas Daniel?” ucap Cindy kaget.
“Iya, aku mau ngembaliin buku ini dek, sesuai janji Andrew waktu itu! Ini juga ada kue tart coklat sebagai rasa berterima kasih dari keluargaku” kata Daniel sambil menyodorkan buku dan kuenya kepada Cindy.
“Dek” Daniel berbicara pada Cindy dan menatap mata Cindy penuh arti, Cindy tak pernah merasakan tatapan seperti ini sebelumnya.
Cindy terdiam membisu dan menatap mata Daniel.
“Aku mencintaimu!” Daniel berkata lirih.
Cindy tetap saja diam tak mengatakan sepatah katapun, dia senang tapi disisi lain dia sedih, sedih karena faktor sosialnya. Cindy merasa dirinya hanya seorang anak penjual kue sedangkan Daniel anak pengusaha kaya, Cindy berfikir dalam lamunannya.
“Mengapa tak adek jawab?”
Suara itu terdengar lagi membangunkan lamunan Cindy.
“Tapi aku tak pantas untukmu, jujur sebenarnya aku juga mencintaimu tetapi apa kedua orang tuamu setuju. Kita bagaikan langit dan bumi kau diatas sedangkan aku dibawah.” ujar Cindy dengan mata berkaca-kaca.
“Nggak apa-pa, yang penting aku mencintaimu. Lagian yang menajalani hubungan ini kan kita berdua bukan orang tua kita. Dek … maukah kau  menjadi pacarku!” Daniel berharap.
Dengan wajah memerah, Cindy tersipu malu mendengarkan ungkapan hati Daniel yang begitu tulus .. Cindy hanya mengisyaratkan dan menatap Daniel dengan menganggukkan kepalanya.
“Apa menganggukkan kepala!” kata Daniel berharap, dan Cindy tersenyum tipis.
“Jadi kamu menerima aku kan!”
“Ya,!” kata Cindy dengan wajah memerah.
“Terima Kasih” kata Daniel sambil memegang tangan Cindy.

Satu bulan berlalu, hubungan mereka baik-baik saja. Andrew yang baru taau mereka jadian sangat senang sekali. Selama  Daniel dan Cindy berhubungan tak seorang pun termasuk kedua orang tua mereka kecuali hanya Andrew saja. Mereka menjalin hubungan backstreet.

Setelah lama kemudian hubungan Cindy dan Daniel diketahui oleh ortu mereka masing-masing .
“Daniel,.! Apa benar kamu pacaran sama gadis miskin itu.” Bentak Ibu Daniel dengan suara tinggi sambil membuka pintu kamar Daniel.
“Ibu tau dari siapa?” kaget Daniel.
“Ahh. Itu nggak penting, dari siapa Ibu tau!” ujar Ibu Daniel dengan wajah yang sangat marah.
“Tapi Daniel suka Bu sama Cindy!” kata Daniel mulai marah
Ibu Daniel tetap tidak setuju dengan hubungan mereka, akhirnya Ibu Daniel eingin agar hubungan mereka segera diakhiri secepatnya. Dengan berbagai cara Ibu Daniel mencoba memutuskan keduanya sampai-sampai datang kerumah Ibu Cindy dan mencaci maki Ibu Cindy, tapi Cindy tak tau kalau Ibu Daniel kerumahnya.

Sore harinya ketika Cindy membuat kue dengan Ibunya, Cindy terkejut mendengar kata-kata Ibunya.
“Nak, kita ini hanya seorang penjual kue. Kita harus tau diri, tak mungkin kita bisa melampaui tingginya bintang yang jauh disana.” Kata Ibu Cindy sambil menatap matanya dengan penuh harapan.
Cindy mulai merasa dengan ucapan Ibunya yang berharap agar Cindy mengakhiri hubungannya dengan Daniel. Cindy mengerti Ibunya tak suka Cindy berpacaran dengan Daniel. Cindy hanya diam saja.

Akhirnya …
“Daniel sebaiknya hubungan kita sampe disini saja, aku tak mau menjalin hubungan ini tanpa restu orang tua.” kata Cindy dengan mata berkaca-kaca.
“Kenapa…?” Aku tak mau, meskipun tanpa restu orang tua  aku  mau menjalin hubungan ini,” kata Daniel sambil menatap mata Cindy, dan memegang erat tangannya.
“Maafkan aku, aku ingin hubungan ini berakhir disini” kata Cindy berusaha meyakinkan Daniel.

Daniel terdiam sejenak
“Bila mungkin ini jalan yang terbaik untuk kita dan perpisahan ini menjadikan kamu bahagia, aku akan merelakan. Tapi harus kamu ingat bahwa selama cinta ini ada dihatiku adan itu untukmu”
Mendengar ucapan Daniel, Cindy makin berlinang air mata dan akhirnya perpisahan yang terbaik untuk mereka. Dengan sedih Cindy melepaskan kedua tangannya dari Daniel dan pergi meninggalkannya.
“Aku mencintaimu!! “ teriak Daniel untuk Cindy , kata-kata itu menghentikan langkah Cindy sejenak dan kehadiran Andrew mengagetkannya, Cindy menoleh kearah Andrew dengan berlinangan air mata, ternyata Andrew telah menjadi saksi atas kejadian yang baru saja dialami kedua sahabatnya Cindy dan Andrew.

Komentar

alusia may mengatakan…
coba daniel diganti ariel, and cindy diganti luna...pasti lebih asyik..hehehe
admin mengatakan…
hahaha...terima kasih cak udah mampir.
mamax mengatakan…
wah3x...
jadi blogger mania kabeh cah pondok iki..
hebat3x, (plok plok plok..)

mampir neng blogku ndra..
hehe

Postingan Populer